Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2009

Masa Lalu

Hari ini aku bertemu kembali dengan masa lalu Dan hari ini aku pun merasa sia-sia Kemudian hari ini dia bermain-main dengan masa laluku Dengan tawa ia coba menyiksa Dengan senyum ia bisa menikam Dan lagi, hari ini aku merasa sia-sia

Dimana Kau Teman Bercerita

dimana kau teman bercerita di sini ada sepenggal dongeng tentang aku tentang aku yang terjatuh tentang aku mengaduh ada dimana kau teman bercerita di sini terselip selembar naskah cerita tentang dia dia, yang kini tertawa yang kini selalu bersendawa mari ke sini teman bercerita beri satu tanda titik di tengah-tengah kalimatku yang selalu bercerita tentang dia yang selalu menjadi tanda koma, tanda tanya di setiap cerita ah! ternyata ada di sana kau teman bercerita kemarilah temani aku bercerita tentang aku yang kini di sampingmu bercerita tentang dia yang masih tertawa atas aku

Analogi mimpi

mimpi ini berawal dari analogi tentang resam seseorang tercerabut begitu saja pada suatu hari yang tak bertaji lalu termimpi pada malam yang penuh ilusi ketika akhirnya ia terlempar dari kenangan mimpi itu tetap terajut dalam imaji dan menganalogi sendiri (Bd.Lampung; 20 April 2008; 05:23 PM)

Matamu yang Berkabut dalam Senja

dan bagaimana setelah terhimpit gairah dan lelah tak bisa terbaca matamu yang berkabut dalam senja amarah berkerudung harap melagukan sejuta tembang kenangan saat kita bersisian pada deru angin pisau tukang durian matamu yang berkabut dalam senja kita pergi bersama ke sebuah gunung dimana ada legenda seorang anak jatuh cinta pada ibunya matamu yang berkabut dalam senja disana kabutmu mereda tinggal sepasang mata yang kini tak ada lagi cahaya, meski itu senja (Bd.Lampung, 21 Juni 2009, 05:37 pm)

Arus

maka biarkanlah lelah membawa kita berdua dalam arus yang sama. menjadi tua di tengah kegelisahan siang yang terjepit di ketiak rembulan. menyerupa kerak lumut di bebatuan sebuah sungai pegunungan yang airnya dikomersilkan. maka biarkanlah arus membawa kita berdua dalam kematian yang dipayungi kelelahan. (Bd.Lampung, 21 Juni 2009, 11:00 am)

Isak

dalam arus, semua terlihat buram. tarian menjadi tidak bersinggungan. dan, alam berubah pendiam. melarutkan kita pada derasnya lingkaran waktu yang terkurung senja dari balik purnama. aku ingin diam. menari dari isak yang menyenangkan, bersamamu. (Bd.Lampung, 21 Juni 2009, 12:05 pm)

Tarianku

aku ingin menari bersamamu dalam untaian madu yang bergelayut syahdu di rambu-rambu. berjalan dari hulu ke hilir sampai lelah berakhir. berbincang tentang segala macam kehidupan alam; amarah, dosa, dan cinta. aku ingin menari bersamamu dalam nada sumbang yang pelan menjadi lembayung kegelisahan. (Bd.Lampung, 21 Juni 2009, 02:37 pm)

Kesedihan

1. hujan. bus ini penuh. jam pulang kerja seorang pengamen menyanyikan lagu sendu merdu kali ini mengingatkanku akan kau dan kesedihanmu aku menangis dalam tatapan heran ibu-ibu setengah baya di sebelahku 2. kepedihan dan kesedihanmu menyeruak dalam lingkaran berbau tak sedap asap rokok, minyak angin, dan muntah anak-anak pada dek kelas 2 kapal penyeberangan antarpulau yang karatan aku menangis lagi seperti malam itu di bawah hembusan asap rokok kretek seorang supir truk 3. luluhlantak hatimu. mengalun rinduku perjalanan hari yang panas. aku ingin es teh manis agar segar dan, aku menangis lagi dalam amplop surat teguran dari redakturku 4. aku ingin bercinta dalam deraian air matamu agar kau tau tangisku menjerit senada dengan orgasme-mu yang tak sempurna