Langsung ke konten utama

Surat Kesembilan

Kamis, 1 Januari 2009
Untuk kekasihku: gemerlap bintang diantara kembang api murahan.

Selamat datang kekasihku di tahun yang baru ini.

Di tengah riuh rendah sorak sorai gegap gempita berjuta manusia yang berjejalan satu sama lain dalam kegairahan detik-detik menjelang pergantian tahun ini, aku harap keadaanmu baik-baik saja seperti tahun kemarin yang baru beberapa detik saja tadi tertambat di belakang aliran waktu.

Berbagai macam doa dalam berbagai macam bahasa dalam berbagai cara dalam berbagai macam agama, menggema seiring ledakan petasan atau kembang api warna-warni, mungkin ini lah hari dimana Tuhan menjadi sangat sibuk mencatat berbagai macam doa serta harapan dan (mungkin) pusing mengurutkannya satu persatu. Badhair Day, mungkin?

Apa doamu, bagaimana resolusimu, seperti apa harapanmu untuk tahun baru ini? Apakah, mendapatkan kenaikan gaji yang sudah dijanjikan bertahun-tahun lalu oleh perusahaanmu? Ataukah, berharap dijadikan sebagai karyawan tetap setelah lama selalu menjadi buruh kontrak? Atau mungkin, menikah? Yang bagaimanapun, aku yakin semua adalah yang terbaik, berharap lebih baik dari tahun lalu.

Kalau kau bertanya, seperti apakah doaku atau harapanku untuk tahun baru ini, aku tidak bisa menjawabnya. Karena, terus terang, saat jarum detik jam bergerak perlahan menarik waktu yang lama menuju waktu yang baru, aku tertidur tanpa sadar saat membaca buku yang baru kupinjam siang harinya, sehingga aku terlupa untuk berdoa –bahkan untuk doa sebelum tidur. Ah, aku lupa, sudah lama aku tidak berdoa.

Sepertinya doa dan harapanku sudah lama aku buat, sebelum tahun baru ini, sebelum tahun baru tahun kemarin. Aku yakin kau sudah tahu, apabila kau menyadarinya, dari surat-surat yang telah kukirimkan pun tersirat. Yaitu doaku untuk kau. Doaku agar kau tetap menjadi seperti uang koin limaratusan yang ditemukan pemulung diantara tumpukan sampah yang menggunung di Bantar Gebang. Semoga kau tetap menjadi seperti kaktus kurus yang ditemukan seorang sufi yang kehausan di padang pasir gersang dalam pengembaraannya mencari Tuhan. Semoga engkau selalu bercahaya di gelap malam. Aku ingin engkau tetap dapat membuat semua bahagia.

Untukku sendiri? Aku rasa tidak perlu. Selama ini aku dapat bertahan tanpa doa, maka untuk tahun baru ini pun aku rasa sama saja.

Jadi, aku hanya bisa mengucapkan “Selamat Tahun Baru!”, itu saja.

Komentar