Langsung ke konten utama

Kesan Pertama (2)

Senja meredup malu-malu
sore itu di pelataran parkir minimarket sebelah gang Jambu
senyum angin terbawa bulan
kibarkan jilbab putih seorang gadis manis berpakaian Dinas Perhubungan

Asap rokokku mengikutinya
bersidekap pada aura damai langkah kedua
binar matanya bagaikan kunang-kunang
berpedar dengan nyaman diantara umang-umang

Sebuah bayangan tentang rumah, anak-anak, dan isteri tercinta
melambai saat ketika kami beradu mata
dua titik hitam ternaungkan alis yang melengkung utuh menatapku teduh
demi Tuhan! Hatiku langsung bersimpuh

Gemulai tangannya kemudian memegang kendali kuda besi
lalu mundur tetapi terhenti
ah, ada lubang menghalangi jalan ban belakang
ia menoleh seperti meminta bantuan

Berdebar, kawan!
kubantu ia sekuat tenaga
dengan pamrih tahu nama dan nomor ponselnya
harapanku membuncah!

Jemari lentik itu cantik
jenjang, kukunya tiada yang panjang
matanya kembali melirikku
sementara tangannya meraba saku

Tipis bibirnya sedikit terbuka
mungkin hendak menyebut nama
atau mendiktekan nomor ponselnya
dag-dig-dug-deg rasanya

Harum kasturi semerbak kemudian
suaranya merdu serak-serak basah, kawan!
senyumku mengembang perlahan
seperti petani berharap pada hujan

"Terima kasih, Mas," ujarnya pelan
sambil menyodorkan uang seribuan!

(3 Januari 2011)

Komentar