Langsung ke konten utama

Musim Hujan Masih Panjang

1.
kita menyebutnya senja
pada saat aku menunggumu
di depan minimarket
sejak empat bulan itu

"kenapa hujan itu ada, selalu saja saat senja?"

entahlah,
mungkin ia ada untuk menenangkan
kau, juga aku yang acapkali bergelora
dalam buaian rindu yang melepuh

namun ia tak pernah reda
dan kau pun tak pernah membuka payung
yang selalu tersimpan di dalam tas

2.
"aku tak bisa membohongi nurani," getar suraimu bangunkan aku

ya, tak apa
memang pelangi itu indah
tak hanya kau,
siapapun akan terpesona

dan dalam perjalananmu
gemetarku basahi kaki mungil
serta mata sendumu
yang terus menanti pelangi

"tetaplah kau di sini temani perihku,"

3.
aroma melati gantikan manisnya gula
pelan-pelan aku mabuk dalam uapnya
sementara tanganku terus merinai pada buaian peluh
kemudian luluh dan melekat penuh

"ah, seandainya semua indah dan lurus seperti sawah-sawah yang terlihat berkelebat dari jendela kereta,"

lalu kau menyebutku hujan
mungkin
karena setiap kita merupa
hujan dengan segera membasahi kita

"aku membasahimu dengan rintik ini, menggemburkannya kembali. sehingga kau bisa menantap pelangi dengan hati yang tak terkebiri. bukankah pelangi akan makin indah warnanya setelah hujan lebat seharian melanda?"

tenanglah, musim hujan masih panjang
bahkan rintiknya pun belum bisa membuat butir air meluruh di ujung daun

(10 Agustus 2010)

picture: ghazyan.wordpress.com

Komentar