Langsung ke konten utama

Sejak Sajak Bermula


kupandangi kembali resep itu dalam kosakatanya yang tiada terlalu perlu ku tau.

gemetar jari ini. merinding alat tulis ini. tiap aksara berkilauan pada gemuruh retakan keinginan yang mulai runtuh.

masih kusimpan sepenggal kalimat yang tiada sempat terucap, karena Sang Waktu memaksa kita untuk segera berlalu dalam panggilannya, maghrib itu, yang (memang) tidak bisa ditolerir oleh apapun, --bahkan oleh airmata kita yang menyatu dalam luruh.

jika memang Neng ingin pergi dari sini. ikuti saja kata hati. bukan berarti aku tidak ingin kamu tetap di sini. tetapi, aku tersadar, rasa sayang ini membebaskan. bukan melepaskan. sejak sajak bermula pada perjalanan.

"dirimu adalah milikmu. bukan milikku. atau milik siapa-siapa. seutuhnya," tulisku pada dekstop komputerku yang tak ada suaranya.

kupandangi kembali resep itu dalam kosakatanya yang tiada terlalu perlu ku tau.

(17 September 2010)

Komentar