Selasa, 23 Juni 2009 Untuk alam semestaku, yang mulai menjadi mozaik pagi Bidadari bening penyerap mimpiku, Aku mengalami mimpi beberapa hari yang lalu. Begitu menyenangkan saat itu. Begitu nyaman. Engkau akhirnya hadir walaupun tak seberapa nyata, menemaniku yang membeku dimakan rayap kesunyian. Meski tak ada tatap mata, kau hadir dalam kata. Meski tak ada sesosok resam gemulai, kau di sana membelai. Meski tak ada raut muka, kau bercanda dalam rima. Tak ingin terlupa, aku sengaja mencatat semua kata. Ketika kita berbicara tentang apasaja. A-P-A-S-A-J-A. Bukan untuk dipamerkan, tetapi, kata-kata tersebut terlalu berharga untuk dilupa. Agar saat kembali kekenyataan, aku bisa sedikit merasa bermimpi. Sebab, hanya di dalam mimpi aku bisa menyayangimu tanpa riba. Aku ingin tertawa saat itu. Apa yang aku tertawakan? Aku menertawakan diriku, yang kian lama kian melankolis. Wajahku menjadi selalu merahjambu. Hatiku terisi daun perdu. Sepenggal puisi selalu menyeruak dari bibirku yang pecah-pe...
inilah tempatku bermain. tiada apa-apa. hanya kata dan aksara. mari kawan, kita bermain bersama.