Langsung ke konten utama

Surat Ketigabelas

Sabtu, 20 Juni 2009
Untuk engkau, tempatku menanam benih keabadian,

Hidup ini terasa kering tanpa desahan kerinduanmu, membuatku hampir saja gila di sini. Di sebuah kota kecil yang hampir habis sum-sumnya dihisap oleh koruptor-koruptor bersenyum sangat manis. Dan, kecongkakan tatapan-tatapan serta pembicaraan yang tak beraroma keindahan orang-orang mudanya yang berjubahkan kemewahan palsu, pun membuatku lebih baik berada di balik peradaban.

Diantara mereka terdengar samar suara-suara yang memelas dan kehausan. Suara-suara itu berada di pinggir jalan; diantara tumpukan sampah, derit rem kereta api, di bawah jembatan yang hampir roboh. Suara-suara yang sebenarnya terdengar tetapi diacuhkan. Keadaan yang paling menyedihkan menurutku. Dianggap tidak ada.

Keberadaan merupakan kondisi dimana manusia merasa eksis. Ada. Diakui oleh lingkungan sekitarnya. Menurutku, hal tersebutlah yang membuat manusia bekerja keras di dalam hidupnya. Bekerja membanting tulang agar tidak dianggap penganggur. Agar hidupnya tak sia-sia.

Dirimu, walau tak ku tahu dimana, terasa hangat keberadaannya. Membuatku selalu berpikir keras tiap detik. Merangkai segala bentuk imajinasi, hanya agar engkau mengejewantah sesaat lalu pergi kembali ke sudut mimpi.

Diriku, walau ku tahu tak seberapa berharga, mencoba merengkuh nafasmu dalam keberadaanku. Bergulir penuh harap pada waktu yang sombong. Berarak pelan di belakang antrian meja berita yang tiap hari berputar.

Aku ingin jatuh cinta, untuk memahami. Bukan sekedar jatuh, tapi tenggelam. Megap-megap mencoba berenang ke permukaan. Agar benar-benar mengerti arti keberadaan udara bagi makhluk hidup.

Aku ingin engkau jatuh cinta, untuk mengerti. Bukan sekedar jatuh, tapi juga terinjak-injak. Agar dunia merasa keberadaanmu amatlah berarti. Bahwa akan gersang dan berduri dunia tanpa kehadiran seorang bidadari.

Aku ingin dunia jatuh cinta, untuk memaknai. Bukan sekedar jatuh, tetapi runtuh lumer dan berdebu. Agar engkau dan aku saling mengisi. Menghijaukan kembali. Merangkai lagi mimpi-mimpi yang bergerak di tempat tanpa tepi.

Komentar