Langsung ke konten utama

Geram Melati

melati, harmoni itu agak terganggu dengan datangnya sedikit rasa malu. terbunuh akan kecemasan yang tak perlu. ya, lempar saja aku dengan makian itu.

rasa luka itu terlalu mengena. ketakutan aku akan bentang sayapnya. berulangkali terbakar. acapkali menggelepar. namun, gemerutuk gerammu membawaku pada perjalanan yang menyenangkan.

(jeda)

ada sajak yang membeku pada catatan harian ketika tawa dan canda terpenggal. biarlah berlalu. satu akan membuat catatan yang baru. karena dari semua yang pernah aku jalani. di situ yang berikan damai.

ada penggalan cerita yang tercecer pada aksara penuh iba. pada deretan kata penuh kebodohan waktu yang tak berwarna. pada coretan dinding kearifan yang hilang kendali. namun, ada pula retakan yang mulai terjahit dengan nyaman.

(jeda)

melati, masih ku simpan rindu itu. pada percakapan tengah malam dalam sebaris kalimat tak selesai dan sketsa doa tentang rona akan senja.

pada senjamu kutanggalkankan rasa malu. kemudian membuangnya ke sudut mati akan pilu. "melati, terima kasih," ujar kembang pete yang bergelantung pada desau keramahan.

(1 April 2010)

Komentar