Langsung ke konten utama

Setengah Jam Setengah Berpelukan

alkisah, dahulu hujan rintiknya melagukan kesepian. uap dinginnya berkeretak pada riap sunyi dedaunan. bekukan bulir airmataku yang mengalir dalam ketergesaan.

(jeda)

1.
entah kenapa setiap kita merupa manusia, langit selalu meneteskan air matanya. tangis sedih atau bahagiakah ia? namun, aku suka hujan malam itu. lembut mengalir di sela-sela jariku yang menelusupi ruas kelopakmu.

2.
setengah jam setengah berpelukan. binar itu menembusku. agak dingin karena angin. "dingin. aku mau merokok," bisikku di bawah tatapanmu yang kemudian menjadi tajam.

sebungkus rokok lalu basah. kupatahkan semua lalu melepuhkannya pada etalase tong sampah. senyummu sisihkan dingin itu ke kantung belakang celana jins biruku.

3.
jemari kita menyatu pada hangat pada untaian derasnya tirai hujan sabtu malam. butir airnya melepas semua ambigu dan keraguan. aku merasa nyaman dan tenang di senjamu.

(jeda)

tempo hari, lubang di tengah jalan itu merajut rindu meski hitungan kesepuluh belum berlalu. "hatur nuhun, Melati. hujan kali ini aku tidak lagi sepi," sesapku pada kacang pilus yang dihabiskan teman sekamarku.

(11 April 2010)

Komentar