Ruang tamu rumah bercat biru tiga hari sebelum hari Kartini kami mendekatkan hati setelah beberapa hari hanya saling menggenggam jemari Teh hangat tak terlalu manis terhidang berikut panganan pasar koran hari minggu alasnya rokokku tersembunyi di saku celana Ibunya baru saja pergi mengawasi ujian para calon penerus negeri tinggal kami berdua empat mata menantap berlama-lama Ia bersandar di bahuku pipinya halus saat kusentuh "alergiku kambuh," luruh aku saat ia merengkuh Suaranya lirih lalu kami bercerita tentang masa silam tentang semua yang berharga untuk dikenang Ia memintaku bercerita tentang kota kelahiran ibunda dan adik-adikku Dan aku juga meminta hal yang sama Tentang ikhwal darahnya ibu kantin di sekolahnya lamanya magang di Teknora juga tentang adiknya yang kuliah di Jakarta Betapa lucunya saat ia merajuk waktuku bergurau "adikmu cantik ya," Sofa tipis berlapis warna manis di sisi jendela jam kecil kayu mahoni remah-remah roti di kaki kami Kedua bibir kami ...
inilah tempatku bermain. tiada apa-apa. hanya kata dan aksara. mari kawan, kita bermain bersama.