Langsung ke konten utama

Kisah Hingga Pukul Dua

Ruang tamu rumah bercat biru
tiga hari sebelum hari Kartini
kami mendekatkan hati
setelah beberapa hari hanya saling menggenggam jemari

Teh hangat tak terlalu manis terhidang
berikut panganan pasar
koran hari minggu alasnya
rokokku tersembunyi di saku celana

Ibunya baru saja pergi
mengawasi ujian para calon penerus negeri
tinggal kami berdua
empat mata menantap berlama-lama

Ia bersandar di bahuku
pipinya halus saat kusentuh
"alergiku kambuh,"
luruh aku saat ia merengkuh

Suaranya lirih
lalu kami bercerita
tentang masa silam
tentang semua yang berharga untuk dikenang

Ia memintaku bercerita
tentang kota kelahiran
ibunda
dan adik-adikku

Dan aku juga
meminta hal yang sama

Tentang ikhwal darahnya
ibu kantin di sekolahnya
lamanya magang di Teknora
juga tentang adiknya yang kuliah di Jakarta

Betapa lucunya
saat ia merajuk
waktuku bergurau
"adikmu cantik ya,"

Sofa tipis berlapis warna manis
di sisi jendela
jam kecil kayu mahoni
remah-remah roti di kaki kami

Kedua bibir kami lalu bercerita
dalam jarak sepanjang bulu mata
ampas teh diantaranya
jemari kami.. ah, jangan ditanya

Siang, pukul dua
aku pamit kembali bekerja
kutinggalkan hatiku di sana
dengan janji membahagiakannya

(1 Desember 2010)

Komentar

  1. bait ke-6 dan ke-7, mungkin sebaiknya dipilih penggunaan subyek yang ingin digunakan antara saya atau aku seperti bait2 sebelumnya. Entah mengapa, aq lebih suka kalau kamu pakai "aku" dan bukan "saya" seperti bait2 sebelumnya di sana

    BalasHapus
  2. oiya ya, ga ajeg penggunaan org pertamanya, aku emg ngerasa ada yg aneh stelah nulisnya, ternyata itu toh, hehe.. Trimaksih utk masukannya..

    BalasHapus
  3. udah direvisi ya? jadi lebih bagus

    BalasHapus
  4. ya, trimaksih utk masukannya, sering2 mampir ya

    BalasHapus

Posting Komentar